Jakarta -
Internet bisa menjadi tempat yang menyenangkan, tempat kita menemukan kembali kawan lama yang telah lama hilang, mencari informasi baru hingga membagikan cerita kita kepada dunia. Tapi di sisi lain, internet juga menjadi tempat yang begitu riuh, tempat dimana banyak orang yang tidak saling mengenal di dunia maya bertengkar, hingga tempat terjadinya kejahatan siber yang disebabkan oleh terlalu banyak membagi data pribadi.
Petra Sihombing mencoba menangkap hal itu lewat album barunya yang berjudul Semenjak Internet. Ada 12 lagu dengan topik berbeda di album itu, tapi seluruhnya membicarakan tema besar yang sama, yakni menampilkan potret bagaimana internet mengubah dan mempengaruhi hidup kita, secara baik maupun buruk.
Album itu lahir secara tidak direncanakan. Pada 2019, Petra Sihombing tengah merasa jengah dengan apa yang dilihatnya di media sosial. Dari kegeramannya terhadap dunia maya, lahirlah lagu Cerita Kita Milik Semua dan Biji.
Setelah dua lagu itu tercipta, barulah ia menyadari bahwa dua lagu itu memiliki benang merah yang serupa. Akhirnya lahirlah keinginan untuk membuat benang merah itu menjadi tema besar untuk proyek musiknya.
Sebelum memutuskan untuk melanjutkan dua single miliknya sebagai album, Petra Sihombing berefleksi bahwa tidak selamanya internet menjadi tempat seperti yang ia gambarkan dalam Cerita Kita Milik Semua dan Biji. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk 'menguliti' internet dalam beberapa topik dan menuangkan hal itu sebagai tema besar dalam album.
"Akhirnya gue jadi mikir lagi juga, itu mungkin jadi alesan kenapa gue ingin ini jadi sebuah album ya. Karena waktu gue menulis dua yang pertama, gue hanya melihat hal yang nggak enaknya di internet. Mungkin Cerita Kita Milik semua agak di tengah lah, Biji itu pure negatif, hal negatif yang gue tangkep dari internet. Cuman gue jadi mikir lagi sebenernya banyak hal yang membuat gue jadi lebih baik lewat internet," ujar Petra dalam wawancara virtual dengan detikcom.
Petra Sihombing saat berkunjung ke kantor detikcom. Foto: Asep Syaifullah |
Ketika memutuskan untuk menggarap serba-serbi dunia maya sebagai tema besar dalam album, Petra menilik kembali ingatan mengenai hubungan antara dirinya dan internet. Ia pun bercerita, di masa remaja dulu, ia belajar memainkan gitar melalui internet.
Pria kelahiran 10 April 1992 itu masih ingat lagu yang ia pelajari adalah This Love dari Maroon 5 dan Neon dari John Mayer. "Itu akhirnya kenapa gue mengulik itu, itu kenapa gue menjadikan pembahasan jadi sebuah album. Gue akhirnya mencoba meluaskan pandangan gue terhadap internet setelah dua lagu awal itu," tutur dia.
"Selalu ada two sides of the coin lah, seburuk-buruknya sesuatu pasti ada baiknya, sebaik-baiknya pasti ada jeleknya. Dua itu nggak bisa hidup tanpa satu sama lain. Gue mencoba untuk ngasih perspektif itu juga di album ini," cerita Petra.
Sedari awal tahun, Petra Sihombing telah mengeluarkan satu per satu lagu di album setiap tanggal 23 di tiap bulannya. Barulah pada Oktober 2020, ia benar-benar merilis album Semenjak Internet.
Pemilihan angka 23 pun tidak lepas dari filosofi yang ia temukan saat berselancar di internet. Menurutnya, setelah ia membaca dari berbagai artikel daring, angka 23 memiliki makna yang baik.
"Artinya lo kembali lagi ke akarnya, ke roots untuk melakukan apa yang menjadi passion lo, dan itu gue pegang. Jadi harus inget aja kembali ke akarnya, kenapa gue melakukan semua ini, kenapa gue bermusik, jadi lumayan dalem," ceritanya.
Dalam album itu, ia melakukan kolaborasi dalam penulisan lagu dengan 10 musisi. Mereka adalah Sal Priadi, Sheryl Sheinafia, Baskara Putra, Kunto Aji, Tulus, Ben Sihombing, David Bayu, Pamungkas, Danilla Riyadi dan Teddy Adhitya.
Simak Video "Cerita Inspiratif di Balik Konten-konten Kocak YouTuber Frost Diamond"
[Gambas:Video 20detik]
(srs/doc)
Artikel ini bersumber dari : https://hot.detik.com/read/2020/11/08/175142/5246624/228/cinta-dan-benci-petra-sihombing-pada-dunia-maya-di-semenjak-internet
0 Comments